Header Ads

Berikut Tentang Imigrasi dan Agama di Selandia Baru



Politisi Australia, Fraser Anning menilai penembakan yang terjadi di dua masjid Selandia Baru adalah dampak dari serangan oknum muslim dari belahan dunia lain.

Ia juga menyalahkan kebijakan pemerintah Selandia Baru terkait imigrasi.

"Penyebab pertumpahan darah di Selandia Baru hari ini karena imigrasi yang memungkinkan kaum fanatik Muslim untuk bermigrasi ke Selandia Baru," kata Anning dikutip dari Washingtonpost.com, Jumat, (15/3/2019).

Penulis mencoba merangkum perkembangan imigrasi dan agama yang ada di Selandia Baru dari beberapa sumber.

Menurut sensus tahun 2006, 67,6 persen penduduk diketahui sebagai keturunan Eropa, dan 14,6 persen sebagai Māori.

Kelompok etnik utama lainnya adalah bangsa Asia (9,2 persen) dan bangsa Pasifik (6,9 persen), sedangkan 11,1 persen mengaku hanya sebagai "Orang Selandia Baru" (atau serupa dengan itu) dan 1 persen mengaku beretnis lain.

Ini bertentangan dengan data tahun 1961, ketika sensus melaporkan bahwa populasi Selandia Baru pada saat itu 92 persen keturunan Eropa, dan 7 persen Māori, dengan minoritas Asia, dan Pasifik sebesar 1 persen.

Sedangkan demonim untuk warga Selandia Baru dalam bahasa Inggris adalah New Zealander, dan istilah kolokial "Kiwi" biasa digunakan oleh masyarakat internasional dan penduduk setempat.

Kata pinjaman dari bahasa Māori, Pākehā biasanya merujuk pada warga Selandia Baru keturunan Eropa, meskipun beberapa pihak menolak sebutan ini, dan beberapa orang Māori menggunakannya untuk merujuk semua warga Selandia Baru yang bukan dari kalangan Polinesia.

Kelompok etnik yang paling bertumbuh-kembang di Selandia Baru adalah dari Asia.

Suku Māori adalah bangsa pertama yang mencapai Selandia Baru, diikuti oleh pendatang dini Eropa.

Kolonisasi berikutnya, didominasi oleh pendatang dari Britania, Irlandia, dan Australia karena kebijakan yang ketat serupa dengan Kebijakan Australia Putih.

Terdapat juga imigran yang signifikan dari Belanda, asal Dalmatia, imigrasi dari Italia, dan Jerman bersama-sama dengan imigrasi tak-langsung dari Eropa melalui Australia, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Afrika Selatan.

Setelah Depresi Besar kebijakan-kebijakan diperlonggar, dan keanekaragaman migran semakin bertambah banyak.

Pada tahun 2009–2010, sebuah target tahunan tentang persetujuan 45,000–50,000 penduduk tetap telah ditentukan oleh Badan Imigrasi Selandia Baru—lebih dari satu migran baru untuk setiap 100 penduduk Selandia Baru.

23 persen populasi Selandia Baru dilahirkan di seberang lautan, sebagian besarnya menetap di kawasan Auckland.

Sementara itu, sebagian besarnya masih berasal dari Britania Raya, dan Irlandia (29 persen), imigrasi dari Asia Timur (sebagian besarnya Tiongkok Daratan, tetapi dengan jumlah yang substansial juga dari Korea, Taiwan, Jepang, dan Hong Kong) juga bertambah banyak dengan cepat.

Jumlah pelajar internasional yang berbiaya sendiri menaik tajam pada akhir dasawarsa 1990-an, dengan lebih dari 20.000 orang yang belajar dalam lembaga-lembaga pendidikan tinggi publik pada tahun 2002.

Pendidikan dasar, dan menengah diwajibkan bagi anak-anak berusia 6 sampai 16 tahun, sebagian besarnya dimulai pada usia 5 tahun.

Pendidikan wajib ini memerlukan waktu selama 13 tahun, dan belajar di sekolah negeri adalah gratis.

Selandia Baru memiliki angka melek huruf sebesar 99 persen, dan lebih dari setengah populasi berumur 15 sampai 29 tahun menjalani pendidikan tinggi.

Terdapat lima jenis lembaga pendidikan tinggi yang dimiliki pemerintah: universitas, kolese pendidikan, politeknik, kolese spesialis, dan wānanga, selain lembaga pelatihan swasta.

Dalam populasi dewasa 14,2 persen bergelar sarjana atau lebih tinggi; 30,4 persen berkualifikasi sekunder (setara pendidikan menengah) dan 22,4 persen tidak berkualifikasi formal.

Program Penilaian Pelajar Internasional-nya OECD menempatkan sistem pendidikan Selandia Baru pada peringkat ke-7 terbaik di dunia, di mana para pelajar berkemampuan membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan yang sangat baik.

Kristen adalah agama mayoritas di Selandia Baru, meskipun masyarakatnya termasuk yang paling sekuler di dunia.

Menurut Sensus 2006, 55,6 persen populasi mengaku sebagai orang Kristen, sementara 34,7 persen lainnya mengaku tak-beragama (meningkat dari 29,6 persen pada tahun 2001) dan kira-kira 4 persen menganut agama lain.

Denominasi Kristen terbesar yang ada di Selandia Baru adalah Anglikan, Katolik Roma, Presbiterian, dan Metodisme.

Terdapat juga jumlah penganut Kristen yang signifikan yang mengaku sebagai pengikut aliran Pentakosta, Baptis, dan Mormon serta gereja Ratana yang berbasis di Selandia Baru yang diikuti oleh banyak orang Māori.

Menurut gambaran sensus, agama minoritas signifikan lainnya adalah Hindu, Buddha, dan Islam.

No comments

Powered by Blogger.